BERITANAS – Pernahkah kamu merasa sangat yakin dengan argumenmu dalam sebuah diskusi, tapi justru disudutkan hanya karena dianggap “emosian”? Kamu mungkin datang dengan niat menjelaskan, tapi karena nada naik sedikit dan wajah terlihat serius, lawan bicaramu langsung menutup telinga dan mencap kamu “ngotot”.
Fenomena ini terjadi di banyak ruang diskusi—dari rapat kantor, grup keluarga, hingga komentar media sosial. Emosi sering kali dijadikan alasan untuk mendiskreditkan isi pembicaraan. Padahal, tidak sedikit orang yang kalah argumen bukan karena lemah logika, tapi karena emosi mereka bocor tanpa sadar.
Agar kamu tetap bisa menyampaikan pikiran secara tajam tapi tetap terkendali, berikut lima strategi yang bisa kamu latih:
