“Jika kalian masih hidup, tetaplah mendengar.
Dunia di luar sedang runtuh. Tapi suara kita masih ada.
Ini bukan soal siapa menang. Ini soal siapa yang masih punya hati untuk bicara.”
Elias menatap tembok beton di sekelilingnya. Tiba-tiba, bukan bom yang paling menakutkan, melainkan sunyi. Karena dari sunyi itulah kebencian sering lahir, dan cinta terkubur tanpa nama.
Dan perang pun benar-benar dimulai.
Bukan hanya di langit. Tapi di dada-dada orang yang dipaksa memilih sisi, ketika mereka sebenarnya hanya ingin hidup tanpa bendera dan bom.
Bersambung ke Episode 2: Bunker Tak Bernama ( minggu depan)