Ia seorang penerjemah. Membaca puisi Hafiz dan Yehuda Amichai, menulis ulang dari Farsi ke Ibrani dan sebaliknya. Tapi di negeri-negeri penuh luka, bahkan juru bahasa pun bisa menjadi target.
Ia dilahirkan di Isfahan, Iran. Ibunya seorang Yahudi Mizrahi, ayahnya seorang guru Islam liberal. Ketika usia 10 tahun, keluarganya pindah ke Yerusalem untuk “melarikan diri dari rezim.” Tapi di Israel, darah Iran-nya menjadi beban. Ia tumbuh sebagai “yang setengah.” Setengah diterima, setengah dicurigai. Dan sekarang, ia dianggap dua kali lipat berbahaya.
Pukul 20.00
Sinyal internet mulai lumpuh. Bandara ditutup. Semua stasiun TV menyiarkan konferensi pers Perdana Menteri yang wajahnya tampak lebih tegang dari biasanya.
“Iran telah melewati batas. Kami akan membalas dengan kekuatan penuh. Tapi ingat: ini bukan perang dengan rakyat Iran, ini melawan rezim mereka.”
Kata-kata itu terdengar mulia. Tapi Elias tahu: rudal tidak memilih ideologi. Ia hanya tahu koordinat.