Lampung Tengah, — Puluhan warga dari Kecamatan Terbanggi Besar menyampaikan kekecewaan terhadap hasil Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) atau PPDB di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Mereka menilai sistem penerimaan siswa tahun ini sarat kejanggalan dan tidak berpihak pada masyarakat lokal.
“Kami masyarakat Terbanggi Besar kecewa atas hasil SPMB di SMA Negeri 1 ini. Sekolah ini berdiri di atas tanah wakaf dari kami masyarakat, tujuannya jelas: agar anak, cucu, dan keponakan kami bisa bersekolah di sini, apalagi lokasinya sangat dekat,” tegas Abdurrahman Wahid, salah satu tokoh masyarakat setempat.
Menurut Abdurrahman, dari 16 pendaftar jalur zonasi dan afirmasi, hanya 2 orang yang diterima. Ia menyebut alasan penolakan sebagian besar peserta tidak logis dan terkesan sebagai upaya “cari aman” dari pihak sekolah.
“Mayoritas yang diterima justru berasal dari luar daerah Lampung Tengah. Apakah pihak sekolah memang tidak menginginkan anak-anak pribumi belajar di sini? Apakah tidak ada kebijakan yang mempertimbangkan hak anak-anak kami yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah?” keluhnya.
Desak Disdikbud Turun Tangan
Warga mendesak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung untuk turun tangan dan mengkaji ulang sistem SPMB yang dinilai diskriminatif tersebut. Mereka juga meminta transparansi dan keadilan dalam sistem penerimaan, khususnya untuk sekolah-sekolah yang berdiri di atas tanah milik masyarakat.
Abdurrahman menambahkan bahwa permasalahan seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Setiap tahunnya, saat penerimaan siswa baru, SMA Negeri 1 Terbanggi Besar selalu memicu polemik serupa.
“Ini seperti menjadi ritual tahunan. SPMB selalu jadi polemik, tapi seolah tak tersentuh kebijakan. Harus ada evaluasi menyeluruh agar masalah ini tidak terus berulang,” pungkasnya.(***)